Nama : Putri Juliana
Kelas :
2EA27
NPM : 17213013
Kemelut Di Golkar (
Tinjauan dari Sisi Hukum )
Pertarungan kubu Abu
Rizal Bakrie (Ical) dan Agung Laksono ini nampaknya belum juga menemui
jalannya, dan justru semakin meruncing kepada perpecahan. Pasca sidang Mahkamah
Partai Golkar yang dipimpin oleh senior golkar Prof Muladi, ditambah lagi
dengan adanya surat keputusan dari Menkum-Ham belum juga mampu menghentikan
pertarungan kedua belah kubu, dan justru membuat kubu Ical semakin meradang,
dan membuat upaya benturan politik semakin meluas.
Pasca munculnya surat keputusan dari Menkum Ham kubu
Ical tidak berdiam diri, dengan sigap dan gerak cepat mengumpulkan DPD I dan II
yang diklaim oleh pihaknya dihadiri sekitar 400 orang yang bertajuk rapat
konsultasi nasional. Pada situasi yang lain juga pertarungan antara kedua kubu
semakin panas, sebagaimana wawancara langsung di salah satu stasiun tv kubu
Ical yang diwakili oleh Ali Muchtar Ngabalin dan KubuAgung yang diwakili oleh
Yoris Raweyai. Dalam wawancara tersebut mereka saling tuding bahwa munas mereka
lah yang paling sah, dan munas lainnya “abal-abal”, dan kemudian dari wawancara
itu berbuntut panjang sampai terjadi pemukulan oleh orang yang tidak dikenal
kepada Ali Muchtar Ngabalin saat menghadiri gelar pertemuan di hotel Sahid.
Konsolidasi yang digelar oleh kubu Ical menyepakati
bahwa pihak Ical akan mengajukan gugatan ke pengadilan Jakarta Barat tentang
keabsahan dualisme kepengurusan ini. Pada situasi yang lain, pihak koalisi KMP
yang diwakili oleh Akbar Tanjung dan Amien Rais pun turun gunung untuk
menyampaikan kekecewaannya kepada pemerintah (menkum Ham) diberbagai media.
Mereka menandaskan bahwa pemerintah sesegera mungkin menghentikan intervensinya
kepada Partai Politik yang tengah berkemelut (Golkar dan PPP), dan memberikan
kekeluasaan kepada Partai Politik untuk menyelesaikan kemelutnya. Selain
langkah upaya hukum yang ditempuh, mereka juga menempuh jalur politik dengan
mengelindingkan isu akan mengajukan hak angket via komisi III untuk menyelidiki
keputusan menkum Ham mengenai pengesahan kepengurusan Golkar kubu Agung
Laksono.
Jika kubu Ical sibuk untuk melakukan counter atas
keputusan yang disampaikan oleh MenkumHam, maka hal berkebalikan dilakukan oleh
kubu Agung Laksono. Karena merasa telah mendapatkan pengakuan secara yuridis
atas kepengurusannya di Golkar dari MenkumHam, mereka langsung mengelar
berbagai pertemuan, baik untuk melakukan konsolidasi maupun safari politik
untuk mendapatkan legitimasi dari pihak eksternal. Langkah Agung Laksono
konsolidasi dilakukan untuk kembali menata ulang dan melakukan restrukturisasi
organisasi baik di level DPD I dan DPD II, hingga tidak segan-segan melakukan
pengantian kepengurusan yang dianggap tidak berpihak dengan kepengurusan Agung
Laksono. Untuk membangun legitimasi publik atas keabsahan kepengurusannya,
pihak agung laksono langsung melakukan safari politik ke Nasdem sekaligus
menegaskan bahwa Golkar akan segera merapat ke KIH.
Apa
yang akan terjadi di kemudian hari JIka Terus Konflik?
Konflik politik yang tidak kunjung selesai ini
sejatinya telah menggerus banyak tenaga, baik di internal partai Golkar maupun
masyarakat. Rasanya susah sekali untuk move on dan segera fokus untuk membangun
bangsa. Bukan tidak mungkin akan terjadi perpecahan dalam tubuh Golkar jika
terjadi secara berlarut-larut dan bisa saja Golkar akan tertinggal momentum
penting Pilkada langsung. Keberadaan Golkar di daerah yang masih kuat dan
perpecahan yang terjadi di tingkat kepengurusan DPP akan mengobrak-abrik soliditas
partai di level daerah. Sudah barang tentu jika hal ini terjadi maka Golkar
akan tidak dapat apa-apa dalam level pertarungan di Daerah.
Pada level Nasional pun saya kira akan terjadi hal
yang sama, perpecahan kepengurusan ini akan berdampak pada soliditas fraksi
golkar di senayan, dengan demikian Golkar akan kembali gigit jari karena tidak
akan mendapatkan apa-apa dari pertarungan ini. Justru yang akan di untungkan
adalah partai-partai seperti hal nya Demokrat, Nasdem, Gerindra, dan
lain-lainnya. Selain itu, dari upaya memperoleh kemenangan dari pertarungan ini
akan membuat konsentrasi dan fokus partai Golkar dalam capaian target partai
dalam berbagai pemilu baik Pilkada maupun nasional akan terjadi penurunan
secara drastis, hal ini dikarenakan energi mereka telah habis terkuras dalam
pertarungan internal, juga akan kesulitan untuk mengkonsolidasi perpecahan di
daerah. Dengan demikian dapat diyakini bahwa perolehan suara partai golkar akan
anjlok sebagaimana nasib yang dialami partai Demokrat pada pemilu yang lalu,
dan akan ditinggalkan oleh konstituennya pada saat mendatang.
Sebagai partai yang besar dan telah kenyang bermain
dalam pangung politik, seharusnya mereka sesegera mungkin bisa keluar dari
kemelut ini. Berlarut-larutnya konflik ini tidak akan membawa keuntungan bagi
partai, namun hanya memuaskan hasrat politik sebagian orang saja dalam upayanya
membangun dan mempertahankan kekuasaan. Capain partai golkar yang pasca
reformasi hingga kini tetap dinobatkan sebagai partai terbesar diantara PDIP
dan lainnya, seharusnya disadari sebagai sebuah kepercayaan masyarakat yang
harus tetap dijaga dengan baik. Bukan justru berkonflik untuk berebut kekuasaan
didalam, yang justru akan membawa dampak kerugian bagi partai sendiri.
Pilihan Strategis bagi Golkar ke Depan
Disadari atau tidak, sesungguhnya
vonis Majelis Hakim Partai Golkar – beranggotakan 4 orang hakim – tidak ganjil
— menerima sebagian permohonan kedua kubu yang berselisih itu, adalah keputusan
yang cerdik dan cerdas. Vonis itu seperti membuang begitu saja bola panas ke
Kemenkumham, selaku lembaga hukum positif. Mahkamah partai, berupaya
menggunakan palu pemerintah, untuk memutuskan pemenangnya. Keputusan seri atau
sama kuat ini, sesungguhnya tidak memberi surprise apa-apa bagi pemerintahan
Jokowi.
Begitu juga terhadap wakilnya, Jusuf
Kalla. Kecuali itu, vonis ini menambah lamanya waktu penyelesaian konflik.
Begitu juga terhadap peluang voice dan besar kecilnya dampak keuntungan dari
suatu kemelut partai sekelas Golkar. Belum adanya keputusan final yang
mengikat, menyebabkan energy para elite dan kadernya kian terkuras. Ini tak
cuma hanya di pusat, melainkan juga di daerah.
Yasin Muhammad menjelaskan, keputusan
MPG secara jelas menyatakan tidak ada yang dimenangkan dan tidak ada yang
dikalahkan. Karena itu jalan terbaik adalah dengan islah dan menggelar Munas
rekonsiliasi untuk kembali bersatu dan membesarkan partai.
“Kubu ARB dan Agung Laksono harus
menempuh jalan islah demi kebesaran Golkar,” sarannya.
Yasin menghimbau, para tokoh senior
Golkar seperti Akbar Tandjung dan Jusuf Kalla, juga mantan Presiden BJ Habibie
untuk ikut mendamaikan kedua kubu yang terus berseteru. “Jika konflik terus
dikedepankan, Golkar yang akan merugi,” pungkas Yasin.
Mari kita bahas dalam ruang yang
sempit ini, tentang untung dan ruginya partai Golkar, jika pengadilan tingkat
kasasi MA, memenangkan salah satu pihak yang bertikai. Namun sebelum kita masuk
pada bahasan itu, ada lebih baiknya, kita lihat tentang partai tua ini.
Golkar adalah partai besar, dengan
segudang pengalaman di pemerintahan. Memiliki ketajaman visi dan sumber daya
yang handal di perpolitikan tanah air. Banyak kalangan menilai, perpolitikan di
Indonesia, tidak ada arti sama sekali, tanpa adanya partai Golkar. Kader-kader
partai tua ini, adalah pembaharu, meski berada di lingkungan penguasa yang
silih berganti. Itu sebabnya, kemelut yang terjadi di tubuh partai ini, menjadi
hal yang menarik untuk disusupi. Apalagi Golkar di parlemen dan KMP, memiliki
populasi yang relatif besar.
Memenangkan kubu ARB – akan memperkuat
KMP di parlemen, meski Ketum Golkar tidak berada pada posisi puncak di KMP.
Koalisi Merah Putih, menjadi alat kontrol yang efektif dan akurat, dan
sewaktu-waktu bisa menjadi teman yang akrab, meski ini sulit. Tujuan lain KMP
untuk menguasi kepala daerah tidak lagi efektif, setelah Perpu Pemilu direvisi
atas tekanan rakyat. KMP dapat saja sewaktu-waktu jadi blunder politik, begitu
kebijakkan pemerintah dihalang-halangi di parlemen. Namun KMP menjadi daya
tawar yang menarik untuk Joko Widodo, untuk menjadi presidensial yang
indenpenden, lepas dari kungkungan politik yang membesarkan dirinya.
Lalu dengan memberi kemenangan kepada
kubu Agung Laksono, berarti membuka peluang bagi Golkar, untuk membangun
citranya dirinya di mata rakyat. Cara ini dilakukan dengan melalui kadernya
yang saat ini menjadi orang nomor dua di negeri ini. Posisi Jusuf Kalla sebagai
Wapres, sangat strategis untuk membangun citra partai kuning ini kembali.
Apalagi JK memiliki pengalaman sebagai orang nomor dua, saat menjadi Ketum
Golkar. Ini tentu akan menimbulkan ancaman sebuah manuver politik yang menarik
perhatian.
Posisi Golkar akan menjadi lebih baik,
jika dia berada di lingkungan pemerintahan, dibandingkan harus berada di luar.
Selain karena pengalaman, rakyat juga akan menjadi lebih mudah melihat Golkar
dengan berbagai attitudenya, dibandingkan di parlemen. Walau di bawah
panji-panji KMP, Golkar cs menguasai parlemen. Namun perjuangan Golkar lebih
nyata terlihat oleh rakyat, dibandingkan harus berada di luar. Apalagi
banyaknya kader partai kuning ini yang menjadi kepala daerah. Ini akan
memberikan harapan perlindungan bagi kadernya di muka hukum.
Pilihan ketiga adalah – memerintahkan
pimpinan hasil Munas Golkar priode 2009 – 2014 di Riau – bersama-sama dengan
kubu Agung Laksono, untuk kembali menggelar Munas Golkar – lalu pemerintah
(Kemenkumham) hadir sebagai wasitnya. Selama masa prosesi Munas, personel
Kemenkumham tidak boleh tidur, walau sedetikpun.
Sumber :
http://www.kompasiana.com/aguslilik/babak-baru-kemelut-partai-golkar_552a10a2f17e612753d623d4
Sumber :
http://www.kompasiana.com/aguslilik/babak-baru-kemelut-partai-golkar_552a10a2f17e612753d623d4
Tidak ada komentar:
Posting Komentar