NAMA :PUTRI JULIANA
KLS : 3EA27
NPM : 17213013
Ambisi dan
Tantangan Pasar Modal RI
Liputan6.com,
Jakarta - Industri pasar modal Indonesia merayakan diaktifkannya
kembali pasar modal yang sudah berjalan selama 38 tahun. Perayaan kembali
diaktifkannya pasar modal Indonesia pada Senin 10 Agustus 2015 ini berbeda dari
tahun sebelumnya.
Kini otoritas
bursa dipimpin oleh susunan direksi baru periode 2015-2018. Tito Sulistio resmi
menjadi Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menggantikan Ito Warsito
yang diputuskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham pada Kamis 25 Juni 2015.
Saat
pengangkatannya tersebut, Tito mengatakan sejumlah ambisi untuk membawa pasar
modal Indonesia menjadi lebih baik ke depan. Ia mengharapkan pasar modal
Indonesia dapat mengalahkan bursa saham Thailand terutama soal transaksi harian
saham. Saat ini rata-rata transaksi harian saham di BEI pada 2015 sekitar Rp
6,03 triliun.
Untuk mencapai
target itu, Tito menuturkan, pihaknya ingin meningkatkan kepercayaan investor
di pasar modal, mendorong emiten berkualitas untuk masuk ke pasar modal
Indonesia, dan menjadikan bursa saham lebih efisien.
Gebrakannya
memang cukup cepat. Otoritas bursa menaikkan jumlah dana perlindungan investor
dari Rp 25 juta menjadi Rp 100 juta. Ketua Komite Umum Asosiasi Perusahaan Efek
Indonesia (APEI) Susy Meilina menuturkan, kenaikan dana perlindungan investor
itu positif untuk pasar modal Indonesia sehingga mendorong kepercayaan investor
berinvestasi di pasar modal.
"Adanya moral hazard dilakukan satu dua orang di pasar
modal pengaruhi industri. Karena itu, dengan ada kartu AKSES, ada dana
perlindungan investor membuat kepercayaan investor di pasar modal," ujar
Susy saat dihubungi Liputan6.com,
Senin (10/8/2015).
Ia
menambahkan, jumlah investor saat ini memang masih berkutat di angka 400 ribu.
Padahal jumlah investor ritel terutama lokal mesti diperbanyak untuk menjaga
pasar modal Indonesia. Jumlah investor pasar modal Indonesia masih minim memang
selalu menjadi masalah klasik. Otoritas bursa pun gencar melakukan sosialisasi
dan edukasi soal pasar modal. Bahkan menggelar program edukasi Gerakan Cinta
Pasar Modal Indonesia pada tahun lalu.
Tak hanya
meningkatkan jumlah investor, otoritas bursa juga perlu bersiap-siap hadapi
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Susy mengatakan, regulator dan otoritas bursa
juga mesti melindungi para pelaku pasar modal termasuk perusahaan sekuritas
untuk hadapi MEA di depan mata. Dengan ada MEA akan membuat sejumlah perusahaan
sekuritas asing dapat mudah menawarkan produk di Indonesia, dan mendorong
perusahaan Indonesia untuk mencatatkan saham di pasar modal negara lain.
"Pasar
modal Indonesia seharusnya dapat perlindungan dari regulator. Perusahaan asing
akan sangat agresif saat MEA untuk masuk ke pasar Indonesia apalagi pasarnya
besar. Saat MEA perusahaan asing dapat sosialisasikan emiten listing di negara
lain. Karena itu perlu ada azas resiprokal," kata Susy.
Di tengah
tantangan dan ambisi tersebut, saat perayaan diaktifkannya kembali pasar modal
Indonesia, kondisi kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) cenderung
tertekan. Kinerja IHSG minus 8,74 persen secara year to date menjadi 4.770,30 pada penutupan
perdagangan saham Jumat 7 Agustus 2015. Posisi kinerja IHSG pun berada di
urutan ke 13 dari indeks saham acuan global. Posisi Indonesia di bawah
Singapura, yang indeks sahamnya turun 5,01 persen.
Tak hanya
kinerja IHSG turun, total aliran dana investor asing pun cenderung keluar dari
pasar modal Indonesia. Secara year to date, aliran dana investor asing tinggal
Rp 2,96 triliun pada Jumat pekan lalu. Padahal pada 2014, aliran dana investor
asing sempat mencapai Rp 57 triliun. Kapitalisasi pasar saham BEI pun
turun menjadi Rp 4.932 triliun pada Jumat 7 Agustus 2015 ketimbang Januari 2015
di kisaran Rp 5.287 triliun.
"Kinerja
IHSG turun tidak terlepas dari hasil kinerja emiten tidak terlalu bagus. Hal
itu lantaran pertumbuhan ekonomi melambat. Karena itu, pemerintah dapat
memperbaiki fundamental ekonomi dulu. Memang perlu banyak pembenahan,"
kata Susy. (Ahm/Gdn).
Jokowi
Optimis Pasar Modal RI Kembali Bangkit
Liputan6.com,
Jakarta - Kondisi
pasar modal Indonesia kini baik. Hal itu tercermin dari Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) yang berada di level 5000.
Menanggapi
ini, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menilai pelemahan ini tidak hanya
terjadi di Indonesia namun juga banyak negara lain. Hal itu merupakan
imbas dari pelemahan ekonomi global.
"Kita
tahu IHSG melemah tapi kita tahu nggak hanya di Indonesia. Dialami banyak
negara baik maju maupun berkembang. Ini konsekuensi melambatnya pertumbuhan
ekonomi dunia," katanya, Jakarta, Senin (10/8/2015).
Sebab
itu, Jokowi meminta hendaknya masyarakat tak perlu khawatir. Pasalnya,
dengan pertumbuhan ekonomi yang sekarang Indonesia masih masuk lima besar
di dunia.
"Penegasan
ini perlu karena yang sering diangkat pertumbuhan ekonomi kita melemah. Iya.
Pertumbuhan ekonomi kitamasih 5 besar di dunia. Jadi kalau ada yang pesimis
menurut saya keliru. Kita harus tetap optimis. Negara lain ada yang turun
sampai 1,5 persen -2 persen. Kita turun 0,3 persen saja sudah ramai,"
jelasnya.
Jokowi
mengakui, belanja modal pemerintah masih minim. Akan tetapi, dia menegaskan
akan melesat pada semester II, kemudian menggerakan pertumbuhan ekonomi. "Juni
belanja modal baru 12 persen tapi mau dihabisin semester II sisanya yang 88
persen," tambahnya.
Jokowi
menegaskan, kondisi pasar modal saat ini ialah imbas dari perekonomian global.
"Kalau ada perlambatan ekonomi 0,3 persen ya karena dunia," tandas
dia. (Amd/Nrm).
-
Persamaan
pada artikel diatas adalah para pemerintah ingin memberi peningkatan perubahan
pasar kepada negara agar masyarakat dapat bisa lebih mendukung pemerintah dalam
menjalanin masalah indeks harga saham dan pasar modal dalam negara. Dan dapat
meningkatkan kepercayaan kepada negara dalam hal indeks harga saham dan pasar
modal negara.
-
Perbedaan
pada artikel diatas adalah pada permasalahan Ambisi dan Tantangan Pasar Modal RI yaitu "Kinerja
IHSG turun tidak terlepas dari hasil kinerja emiten tidak terlalu bagus. Hal
itu lantaran pertumbuhan ekonomi melambat. Karena itu, pemerintah dapat
memperbaiki fundamental ekonomi dulu. Memang perlu banyak pembenahan,"
kata Susy. (Ahm/Gdn). Sedangkan pada artikel Jokowi Optimis Pasar Modal RI Kembali Bangkit yaitu "Penegasan
ini perlu karena yang sering diangkat pertumbuhan ekonomi kita melemah. Iya.
Pertumbuhan ekonomi kita masih 5 besar di dunia. Jadi kalau ada yang pesimis
menurut saya keliru. Kita harus tetap optimis. Negara lain ada yang turun
sampai 1,5 persen 2 persen. Kita turun 0,3 persen saja sudah ramai,"
jelasnya. Jadi negara kita sedang dilanda dalam posisi pertumbuhan ekonomi yang
melambat maupun melemah dalam permasalahan ekonomi dibidang pasar modal negara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar